Jika hidup itu ibarat lirik dan melodi, dirasa semua itu hampir terdengar dan terlihat sama. Melibatkan banyak keterkaitan indra dalam menciptakan dan menikmatinya. Ada tumpahan rasa, asa, dan denyut yang terukir dan mengalir sejalan dengan pergerakan sinergis di tiap tirai memukaunya yang ia dinamakan aksara. Penuh dan ragam makna membungkus hasrat yang telah tertuang berpadu dengan torehan Sang Pencipta yang menggoreskan awal permulaan dari semua awal yang bermula.
Sempat terdiam seketika tanpa merasa bahwasanya langit itu jauh keberadaannya dan tidak nyata bentuk dan wujudnya dan hanya kehampaan belaka kiranya fisik sebenarnya. Dan sekali lagi merenung dan tersadar memang tidak ada kejadian dari suatu awal peristiwa, tidak ada akhir tanpa pangkal awal bermula, tidak ada kisah tanpa ada peristiwa dan pada akhirnya tiada hening itu tempat bertandangnya dari semua keceriaan suara.
Masih tak tersadar bahwa ini hidup. Pujangga bilang hidup adalah tempat dimana semua masalah bertemu, Ustadz bilang hidup adalah tempat menunggu untuk dipulangkan, dan Iblis dan Setan bilang hidup adalah tempat untuk memuaskan hasrat birahi dan nafsu semata, dan AKU bilang hidup adalah tempat AKU bisa melihat semua yang mereka bilang.
Ku berdiri di antara pusaran teko yang beragam bentuk, rupa, pesona, dan keunikannya yang luar biasa Tuhan YME sungguh sempurna menciptakan mereka. Ku lihat semua nya indah dengan mata zahir anugrah Illahi ini, dan terkadang celetukan kecil mengisi ruang rasa yang ada di hati ini atas "perbedaan" di antaranya. Tapi ku teringat, bahwa saat ini sedang berjalan dan pastinya akan menemukan "sesuatu" selama dan masih di dalam perjalanan bahkan di saat berhenti sesaat pun.
Setelah cukup jauh ku berjalan di pusaran tersebut, tersadar ternyata dahaga melanda luar biasa mengingat sudah jauhnya berjalan dan teriknya cuaca dalam perjalanan. Satu per satu AKU hampiri teko-teko tersebut. Dan kumintakan segelas (tak lebih tak kurang) dari isi setiap mereka. Dan terperangah serta tersadar ku lihat di tiap isi pada gelas yang ku punya saat setiap isi nya tertuang dan siap dinikmatin. Ragam bentuk, rupa, pesona, dan keunikan nya mengalahkan isi dan kemahsyuran kepuasan dalam menikmati setiap isinya walo hanya segelas saja.
Dan kini ku pahami dan sadar betul, tapi gerangan selalu muncul pertanyaan Kenapa Begini ??? Kenapa Begitu ??? Dan Kenapa Kenapa Kenapa ??? Pada akhirnya perjalanan kali ini ku berikan judul "Lirik dan Melodi dari Sebuah Teko" yang pada intinya mengisahkan bagaimana manusia seperti saya sering terkecoh dengan perawakan dunia. Bahkan seharusnya intisari kehidupan itu ada di dalam tirai-tirai yang menutupi setiap bagiannya agar terlihat sempurna meski warna yang ada pada nya susah untuk dapat diterima dan dinikmati sebagaimana layaknya hakikat kenikmatan itu sebenarnya.
Dan sekali lagi ku mengerti, toh memang isinya adalah HITAM, PUTIH, BIRU, MERAH, KUNING, HIJAU, KELABU, dan TAK BERISI sekali pun maka itu lah yang akan dikeluarkan dari sebuah corong yang kusebut sebagai "MULUT" teko yang memberikan gambaran secara jelas, gamblang, dan mencerminkan ketepatan sebagaimana perawakan keseluruhan dari zat visual yang terlihat.
Cukup sampai disini kisah kali ini dan akan berlanjut seiring dengan jauhnya jalan dan perjalanan ku.